PUISI
BELAJAR DARI PITUTUR LUHUR
Oleh: Lili Suherma Yati, S.S.M.A
Ana pocapanipun,
aduguna adigang adigung,
Pan adigang kidang
adigung pan esthi
Adhiguna ula iku
Telu pisan mati sampyuh
Bukan iseng
aku memaknai pitutur ini
Sebab aku
bisa belajar melihat negeri
Ini kehinaan
Tapi ini bisa jadi pelajaran
***
Gemuruh dada
saat dunia jadi cerita dusta
Oh… Allah…
apa ini yang disebut umara?
Tegap
berdiri di atas mimbar
dengan kesombongan dan keangkuhan
Apa ini juga
yang disebut ulama?
Muhasabah
dengan berjuta jamaah
Tapi maksiat juga kau jamah
Kepala-kepala
tak lagi menyimpan angin
Kaki-kaki
tak lagi menapak bumi
Kedamaian melayang
mengambang
menantang
Semua remuk redam
Hancur
Luluh lantak
si kidang ambegipun, ngandelaken
kebat lumpatipun
Pan si gajah angandelaken gung
ainggil
Ula ngandelaken iku, mandine kalamun
nyakot
Sehebat
apapun lompatan si kjang
ia bisa terpleset kala tak hati-hati
sebesar
apapun tubuh si gajah
ia bisa kalah meski gagah
sedahsyat
apapun bisa si ular
ia bisa mati terinjak
Yakin…
Ini adalah
pelajaran Kehinaan
Yang setiap
saat akan membinasakan
Baturaja November 2012
Sajak
ini kutulis atas keprihatinan yang mendalam akibat kehinaan yang dilakukan
seorang yang pernah dipanggil “pemimpin dan ustadz”