Rabu, 26 Desember 2012


 PUISI

BELAJAR DARI PITUTUR LUHUR

Oleh: Lili Suherma Yati, S.S.M.A
 
 
Ana pocapanipun, aduguna adigang adigung,
Pan adigang kidang adigung pan esthi
Adhiguna ula iku
Telu pisan mati sampyuh
Bukan iseng aku memaknai pitutur ini
Sebab aku bisa belajar melihat negeri
            Ini kehinaan
Tapi  ini bisa jadi pelajaran
            ***
Gemuruh dada saat dunia jadi cerita dusta
Oh… Allah… apa ini yang disebut umara?
Tegap berdiri di atas mimbar
dengan kesombongan dan keangkuhan
Apa ini juga yang disebut ulama?
Muhasabah dengan berjuta jamaah
Tapi maksiat juga kau jamah

Kepala-kepala tak lagi menyimpan angin
Kaki-kaki tak lagi menapak bumi
Kedamaian melayang
mengambang
menantang
Semua remuk redam
Hancur
Luluh lantak
si kidang ambegipun, ngandelaken kebat lumpatipun
Pan si gajah angandelaken gung ainggil
Ula ngandelaken iku, mandine kalamun nyakot

Sehebat apapun lompatan si kjang
ia bisa terpleset kala tak hati-hati
sebesar apapun tubuh si gajah
            ia bisa kalah meski gagah
sedahsyat apapun bisa si ular
ia bisa mati terinjak
           
Yakin…
Ini adalah pelajaran Kehinaan
Yang setiap saat akan membinasakan

                                                                                    Baturaja  November 2012
                                                Sajak ini kutulis atas keprihatinan yang mendalam akibat kehinaan yang dilakukan seorang yang pernah dipanggil “pemimpin dan ustadz”

MATA KULIAH JURNALISTIK: SARANA MEMBANGUN
 IKLIM “MELEK MEDIA” DI KALANGAN MAHASISWA
Oleh: Lili Suherma Yati, S.S.M.A




Pernah di awal perkuliahan saya bertanya kepada mahasiswa, “ apakah semua mahasiswa di kelas ini punya email?” sebagian mahasiswa menjawab “punya” dan sebagian menjawab “belum punya bu.” Saya bertanya untuk kali kedua, “tapi apakah Saudara punya Face Book?” ternyata hampir keseluruhan menjawab “punya.” Lalu saya bertanya lagi,”lalu apakah membuat Face Book tanpa memiliki email, bisa?”. Mereka menjawab, “saya kurang tahu Bu, karena Face book saya dibuatkan teman.”
Sepenggal kisah di atas adalah bagian dari fenomena yang menggejala di kalangan mahasiswa. Tentu pula hal seperti ini hendaknya menjadi evaluasi bersama bahwa masih banyak mahasiswa yang memanfaatkan media hanya sebagai sarana hiburan (senang-senang) semata. Hal ini juga tampak dengan banyaknya warnet-warnet di sekitar kampus yang ketika saya observasi, aktivitas mahasiswa di warnet kebanyakan untuk update status, chatting, download film dan lagu, bahkan main game. Lalu kapan musimnya mereka mencari berita dan ilmu pengetahuan? Yaitu saat ujian semester menjelang.
Kehidupan seperti di atas tentunya akan mengakibatkan kondisi akademik yang tidak sehat. Sebab mahasiswa banyak yang terganggu pola hidupnya dengan kurang pedulinya terhadap informasi yang akan mendukung kualitas diri dan pendidikannya. Sudah sering kita dengar tentang kampanye yang membahas tentang melek media oleh KPI atau pun masyarakat yang sadar tentang pentingnya literasi media. Selain itu, dan cukup banyak pula perguruan tinggi berperan dalam mengembangkan isu-isu seperti ini. Hal ini akan sangat disayangkan ketika hanya sekadar wacana yang belum ada realisasinya. Sebab mahasiswa adalah bagian dari masyarakat intelektual yang harus memiliki kemampuan untuk mengakses, menganalisis, mengevaluasi, dan mengkomunikasikan isi pesan media, sebagaimana definisi literasi media.
Berangkat dari fenomena itu pula, dengan adanya mata kuliah Keterampilan Pers dan Jurnalistik di Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah, Universitas Baturaja, mahasiswa diharapkan memiliki konsep pemikiran baru terhadap media, mampu membaca, memahami, dan memanfaatkan pesan di media dengan sebaik-baiknya. Langkah selanjutnya adalah dengan mengupayakan munculnya dialektika pemahaman antara kita dengan pesan media. Hal seperti itulah yang menjadi latar belakang mengapa penting mendorong atau meningkatkan kesadaran bermedia (baca: melek media) di kalangan mahasiswa. Sehingga produksi kebahasaan sebagai petanda suprastruktur peradaban dapat terwujud. Dengan adanya ”media literacy” inilah mahasiwa diharapkan mampu bersikap kritis, berwawasan luas, merdeka, dan berpengetahuan. Selamat berkarya.